Fhoto by Net |
Kotabaru -
"Apabila tuntutan kami tidak ditanggapi pihak Politeknik Kotabaru, kami akan unjuk rasa sekaligus mengosongkan kampus. Kami ingin transparansi dan dirincikan penggunaan semua uang yang masuk".
Itulah ungkapan 2 orang yang mengaku perwakilan Mahasiswa Politeknik yang menuntut Transparansi Uang Pengembangan,Uang Praktek dan Pengelolaan Bengkel.
AF,Perwakilan mahasiswa yang pertama mengatakan," mahasiswa menolak bayar uang praktek di Kampus Politeknik Kotabaru. Uang praktek itu seharusnya hanya untuk Operasional Praktek," ungkapnya.
Menurut AF, pihak Kampus berdalih, uang praktek tersebut untuk membeli fasilitas, padahal membeli fasilitas itu adalah tanggung jawab pihak Kampus, entah kenapa jadi dibebankan pada mahasiswa.
"Pihak Kampus mengatakan uang praktek itu untuk menutupi kerugian yang dulu, saat terjadi kekacauan di Kampus. Pastinya, kami tidak mau tahu, itu kan kesalahan manajemen kampus sendiri, seharus mereka sendiri yang bertanggung jawab, jangan dibebankan kepada kami," ujar AF.
Diungkapkan AF, para mahasiswa masih mengumpulkan bukti sebagai penguat tuntutan itu, yaitu rekaman kata-kata yang dilontarkan Badan Pelaksan Harian (BPH) pihak yayasan dan Direktur Politeknik yang dinilai bukan sikap seorang pendidik.
"Dari awal mereka sudah tahu kondisi kami yang tidak mampu, dan sebagai seorang pendidik, seharusnya mereka akan mempertimbangkan keadaan kami ini," tandasnya.
Dilanjutkannya lagi, dari awal kami masuk tidak ada uang praktek, setelah semester 4 baru ada pungutan. Kalau kami tahu akan diberlakukan begitu, sejak awal kami tidak akan kuliah di Politeknik. Itu sama artinya kami semua dijebak.
"Yang kami bingung, kemana digunakan uang yang selama ini kami bayarkan. Untuk praktek kami harus bayar Rp 1,6 juta, pengembangan Rp 2 juta dan SPP Rp 1,8 juta. Kami hanya mau transparansi penggunaan uang itu, karena tiap kami tanya pihak Kampus jawabnya tidak tahu," beber AF.
Lebih jauh diungkap AF, pihak Kampus pernah mengintimidasi para mahasiswa agar tidak mengungkit semua uang yang dibayarkan dan mengancam akan mengeluarkan (DO) mahasiswa yang tidak mematuhinya.
Sementara RC, perwakilan mahasiswa yang kedua mempermasalahkan uang pendapatan pemasukan dari pengelolaan bengkel.
"Saya curiga uang hasil perbengkelan tersebut masuk kekantong pribadi," sebutnya.
Ibnu Fauzi, Direktur Politeknik Kotabaru mengatakan, untuk Uang Pengembangan dipergunakan pembenahan infrastruktur politeknik, dan itu sudah dimanfa'atkan para mahasiswa dengan adanya sarana-sarana tempat nongkrong.
Sedangkan Uang Praktek, lanjutnya, bertujuan untuk peningkatan kualitas mahasiswa, saat ini masih dalam proses, mahasiswa menerima semuanya,pembayarannya pun bertahap juga,pada prinsipnya kegiatan mahasiswa berjalan lancar.
"Bengkel itu jelas pengelolaannya, tak masalah, kalau ada mahasiswa yang pengen kerja atau belajar bisa diakomodir, yang jelas mahasiswa bisa belajar disitu," terangnya.
Seorang pekerja di bengkel, Aris kepada kru media mengaku dirinya sudah 4 tahun bekerja disana mengatakan,"kampus politeknik ini kan milik Pemda, kita sendiri yang kerja disini, sifatnya bagi hasil dengan Direktur Politeknik," ungkapnya.(Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.