Tanah Bumbu -
Untuk menghindari anggapan syirik terhadap acara Adat Mappanre Tasi, baik Pesta Laut Pagatan Kusan hilir maupun Ade Massorong di Pulau Sewangi Batulicin, Bupati Tanah Bumbu Mardani H. Maming bakal mengundang para Tokoh Agama untuk membahas dan merumuskan pelaksanaannya.
Hal itu disampaikannya saat sambutan pada acara Puncak Mappanre Tasi Ade Massorong di Pulau Sewangi Kecamatan Batulicin, Senin (30/10/17).
"Melihat pengalaman pengalaman kita yang terjadi di Pesta Laut Pagatan, Mappanre Tasi yang artinya makan makan dilaut. Inilah yang msih simpang siur dengan para Pemuka Pemuka Agama yang ada di Tanah Bumbu, baik MUI maupun NU. Setiap kali kita mengundang mereka pada acara tersebut, mereka selalu tidak hadir, karena menganggap acara itu dilaksanakan secara syirik. Untuk itu nantinya kita akan bahas dan rumuskan bersama untuk mengemas budaya budayanya. Bagaimana acara itu nanti budayanya dapat, secara agamanya juga benar, hingga tidak menghilangkan roh dari semua yang menjadi keinginan masyarakat," ungkap Bupati.
Dikatakan Bupati, acara adat yang sifatnya sakral, pandangan para ulama dengan masyarakat akan beda, dan akan susah bila sudah bertabrakan antara budaya dengan agama.
"Inilah yang harus kita cari jalan tengahnya, dan perlu dibahas juga dirumuskan bersama para ulama agar acara budaya yang kita kemas bisa menjadi tujuan wisata," tutupnya.
Hadir dalam acara Puncak Mappanre Tasi Ade Massorong, unsur Forkopinda Tanbu, pengurus TP PKK Tanbu, Anggota DPRD Tanbu, para Pimpinan SKDP, Camat Batulicin, Pemdes Batulicin dan Simpang Empat serta undangan lainnya.
Sebelumnya pada pembukaan acara, Rabu (25/10/17), pihak pelaksana menggelar Perlombaan, yaitu Lomba Kapal Balapan 30 HP dan 35 HP, Balap Ketinting serta Race Speedboat. (M12)
Untuk menghindari anggapan syirik terhadap acara Adat Mappanre Tasi, baik Pesta Laut Pagatan Kusan hilir maupun Ade Massorong di Pulau Sewangi Batulicin, Bupati Tanah Bumbu Mardani H. Maming bakal mengundang para Tokoh Agama untuk membahas dan merumuskan pelaksanaannya.
Hal itu disampaikannya saat sambutan pada acara Puncak Mappanre Tasi Ade Massorong di Pulau Sewangi Kecamatan Batulicin, Senin (30/10/17).
"Melihat pengalaman pengalaman kita yang terjadi di Pesta Laut Pagatan, Mappanre Tasi yang artinya makan makan dilaut. Inilah yang msih simpang siur dengan para Pemuka Pemuka Agama yang ada di Tanah Bumbu, baik MUI maupun NU. Setiap kali kita mengundang mereka pada acara tersebut, mereka selalu tidak hadir, karena menganggap acara itu dilaksanakan secara syirik. Untuk itu nantinya kita akan bahas dan rumuskan bersama untuk mengemas budaya budayanya. Bagaimana acara itu nanti budayanya dapat, secara agamanya juga benar, hingga tidak menghilangkan roh dari semua yang menjadi keinginan masyarakat," ungkap Bupati.
Dikatakan Bupati, acara adat yang sifatnya sakral, pandangan para ulama dengan masyarakat akan beda, dan akan susah bila sudah bertabrakan antara budaya dengan agama.
"Inilah yang harus kita cari jalan tengahnya, dan perlu dibahas juga dirumuskan bersama para ulama agar acara budaya yang kita kemas bisa menjadi tujuan wisata," tutupnya.
Hadir dalam acara Puncak Mappanre Tasi Ade Massorong, unsur Forkopinda Tanbu, pengurus TP PKK Tanbu, Anggota DPRD Tanbu, para Pimpinan SKDP, Camat Batulicin, Pemdes Batulicin dan Simpang Empat serta undangan lainnya.
Sebelumnya pada pembukaan acara, Rabu (25/10/17), pihak pelaksana menggelar Perlombaan, yaitu Lomba Kapal Balapan 30 HP dan 35 HP, Balap Ketinting serta Race Speedboat. (M12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.