Semarang -
Arus perubahan global yang semakin gencar berdampak pada sektor politik, ekonomi, sosial, dan media di hampir seluruh negara. Oleh karena itu, inovasi merupakan jawaban dari tantangan tersebut. Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat berbicara di Graha Pena, Surabaya, Minggu malam, 8 Oktober 2017.
"Perubahan seperti ini tidak hanya memengaruhi Indonesia tapi semua negara ini gagap hadapi inovasi sangat cepatnya," kata Presiden.
Di bidang politik, Presiden Jokowi menegaskan hampir seluruh kepala negara menyampaikan lanskap politik global akan berubah di era keterbukaan seperti sekarang ini.
"Lanskap ekonomi juga berubah, banyak yang sampaikan daya beli turun, setelah dicek detail, ada pergeseran _offline_ ke _online_," ucapnya.
Menurut Presiden, tren pembelian secara online turut memengaruhi pergeseran budaya konsumen dalam membeli sebuah produk.
"Kayak toko, ada yang tutup enggak sadar kalau _offline_ itu sudah kalah dengan _online_ karena di sini lebih murah.
Demikian halnya dengan transaksi rumah tangga secara _online_ yang tidak dapat dipantau seperti halnya di situs belanja _online_ milik korporasi.
"Dua persen itu yang terdeteksi di Blibli.com, Mataharimall.com, Tapi yang jualan pribadi yang jutaan apa bisa dicek satu-satu? Makanan rumah tangga di Facebook dan Instagram apa bisa dipantau? _Enggak_ bisa," ujar Presiden.
Sementara itu di sektor Media, Presiden mengatakan bahwa dalam 5 sampai 15 tahun akan terjadi pergeseran. Saat ini saja menurutnya, generasi milenial sudah mengakses media secara _online_.
"TV pun menurut saya juga akan sama. Orang akan larinya ke Netflix, mau buka apa lihat videonya," kata Presiden di gedung milik Grup Jawa Pos itu.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga meminta kepada para awak media untuk turut aktif memberikan narasi publik yang temanya kreatifitas, optimisme, dan inovasi.
"Bagaimana tumbuhkan optimisme publik, juga pemberitaan yang informatif tapi mendorong tumbuhnya _mindset_ baru untuk tumbuh kembang inovasi yang ada," ucapnya.
*Peraturan yang Mendukung Inovasi*
Salah satu persiapan yang dapat dilakukan menurut Presiden ialah dengan terus memunculkan inovasi-inovasi baru yang didukung oleh peraturan yang ada.
"Tapi negara kita kebanyakan regulasi UU, Perpres, Perda, Pergub. Kita hitung pernah 42 ribu aturan. Repotnya aturan itu menjerat diri sendiri, Saya maunya cepat lari. Tapi Pak itu enggak boleh ada Perpres, UU. Terus larinya kapan?," tutur mPresiden.
Ia juga menyampaikan bahwa peraturan yang ada saat ini hanya berorientasi pada prosedur bukan hasil. Hal ini diyakini dapat menghambat munculnya inovasi baru.
"Yang namanya inovasi bisa gagal, bisa berhasil, begitu gagal disalahkan. Siapa yang mau coba kalau gagal disalahkan? Tapi aturan kita ya seperti itu tadi," ungkap Presiden.
Presiden berharap, hal tersebut kiranya dapat menjadi pemikiran bersama agar hambatan dan kendala yang ada bisa dikerjakan dan kemudian dapat terus mendorong untuk berinovasi.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain pendiri Jawa Pos Grup Dahlan Iskan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Gubernur Jawa Timur Soekarwo. (Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden - Bey Machmudin)
"Perubahan seperti ini tidak hanya memengaruhi Indonesia tapi semua negara ini gagap hadapi inovasi sangat cepatnya," kata Presiden.
Di bidang politik, Presiden Jokowi menegaskan hampir seluruh kepala negara menyampaikan lanskap politik global akan berubah di era keterbukaan seperti sekarang ini.
"Lanskap ekonomi juga berubah, banyak yang sampaikan daya beli turun, setelah dicek detail, ada pergeseran _offline_ ke _online_," ucapnya.
Menurut Presiden, tren pembelian secara online turut memengaruhi pergeseran budaya konsumen dalam membeli sebuah produk.
"Kayak toko, ada yang tutup enggak sadar kalau _offline_ itu sudah kalah dengan _online_ karena di sini lebih murah.
Demikian halnya dengan transaksi rumah tangga secara _online_ yang tidak dapat dipantau seperti halnya di situs belanja _online_ milik korporasi.
"Dua persen itu yang terdeteksi di Blibli.com, Mataharimall.com, Tapi yang jualan pribadi yang jutaan apa bisa dicek satu-satu? Makanan rumah tangga di Facebook dan Instagram apa bisa dipantau? _Enggak_ bisa," ujar Presiden.
Sementara itu di sektor Media, Presiden mengatakan bahwa dalam 5 sampai 15 tahun akan terjadi pergeseran. Saat ini saja menurutnya, generasi milenial sudah mengakses media secara _online_.
"TV pun menurut saya juga akan sama. Orang akan larinya ke Netflix, mau buka apa lihat videonya," kata Presiden di gedung milik Grup Jawa Pos itu.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga meminta kepada para awak media untuk turut aktif memberikan narasi publik yang temanya kreatifitas, optimisme, dan inovasi.
"Bagaimana tumbuhkan optimisme publik, juga pemberitaan yang informatif tapi mendorong tumbuhnya _mindset_ baru untuk tumbuh kembang inovasi yang ada," ucapnya.
*Peraturan yang Mendukung Inovasi*
Salah satu persiapan yang dapat dilakukan menurut Presiden ialah dengan terus memunculkan inovasi-inovasi baru yang didukung oleh peraturan yang ada.
"Tapi negara kita kebanyakan regulasi UU, Perpres, Perda, Pergub. Kita hitung pernah 42 ribu aturan. Repotnya aturan itu menjerat diri sendiri, Saya maunya cepat lari. Tapi Pak itu enggak boleh ada Perpres, UU. Terus larinya kapan?," tutur mPresiden.
Ia juga menyampaikan bahwa peraturan yang ada saat ini hanya berorientasi pada prosedur bukan hasil. Hal ini diyakini dapat menghambat munculnya inovasi baru.
"Yang namanya inovasi bisa gagal, bisa berhasil, begitu gagal disalahkan. Siapa yang mau coba kalau gagal disalahkan? Tapi aturan kita ya seperti itu tadi," ungkap Presiden.
Presiden berharap, hal tersebut kiranya dapat menjadi pemikiran bersama agar hambatan dan kendala yang ada bisa dikerjakan dan kemudian dapat terus mendorong untuk berinovasi.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain pendiri Jawa Pos Grup Dahlan Iskan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Gubernur Jawa Timur Soekarwo. (Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden - Bey Machmudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.