Tanah Bumbu -
Saat beranjangsana ke Kelompok Petani di Desa Pematang Ulin Kecamatan Karang Bintang yang tergabung pada Guyub Rukun, Kamis (21/12/17), M. Syaripuddin, SE (Bang Dhin), anggota DPRD Tanah Bumbu sempat kaget saat para petani mengatakan Pabrik Karet PT. Nusantara Batulicin lebih mengutamakan para tengkulak.
"Disana, pabrik seolah olah dikuasai tengkulak. Misal, saat petani menjual ke pabrik harganya Rp. 8.100 perkilo. Jika menjual ke tengkulak harganya Rp. 8.000. Kan jadi rugi transfort jika selisih cuma Rp. 100," ungkap Purnawan kepada Bang Dhin.
Sementara Wardoyo menyebut, pabrik karet PT. Nusantara Batulicin seakan memelihara dan dikuasai oleh tengkulak.
"Seharusnya pihak pabrik tidak usah membeli karet dari tengkulak. Kalau memang harganya bagus, tak mungkin lah kekurangan barang, karena para petani pasti menjualnya kepabrik. Apalagi pabrik yang ada cuma di PT. Nusantara Batulicin," sebutnya.
Menanggapi hal tersebut, Bang Dhin mengatakan permasalahan tersebut sudah pernah disampaikannya langsung, dan pihak management pabrik membantah adanya hal tersebut.
"Dulu saya pernah mendatangi dan mengkonfirmasi hal ini kepihak management pabrik, namun mereka membantah. Mereka menyebut semua petani yang datang menjual selalu dilayani," terang Bang Dhin yang kaget atas pengakuan para petani tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, selain permasalahan pelayanan PT. Nusantara Batulicin, warga juga mengeluhkan susahnya pemasaran hasil panen, karena bantuan dari dinas terkait hanya berupa bibit dan perlengkapan pertanian lainnya, sementara pemasaran hasil panen masih susah. (M12)
Saat beranjangsana ke Kelompok Petani di Desa Pematang Ulin Kecamatan Karang Bintang yang tergabung pada Guyub Rukun, Kamis (21/12/17), M. Syaripuddin, SE (Bang Dhin), anggota DPRD Tanah Bumbu sempat kaget saat para petani mengatakan Pabrik Karet PT. Nusantara Batulicin lebih mengutamakan para tengkulak.
"Disana, pabrik seolah olah dikuasai tengkulak. Misal, saat petani menjual ke pabrik harganya Rp. 8.100 perkilo. Jika menjual ke tengkulak harganya Rp. 8.000. Kan jadi rugi transfort jika selisih cuma Rp. 100," ungkap Purnawan kepada Bang Dhin.
Sementara Wardoyo menyebut, pabrik karet PT. Nusantara Batulicin seakan memelihara dan dikuasai oleh tengkulak.
"Seharusnya pihak pabrik tidak usah membeli karet dari tengkulak. Kalau memang harganya bagus, tak mungkin lah kekurangan barang, karena para petani pasti menjualnya kepabrik. Apalagi pabrik yang ada cuma di PT. Nusantara Batulicin," sebutnya.
Menanggapi hal tersebut, Bang Dhin mengatakan permasalahan tersebut sudah pernah disampaikannya langsung, dan pihak management pabrik membantah adanya hal tersebut.
"Dulu saya pernah mendatangi dan mengkonfirmasi hal ini kepihak management pabrik, namun mereka membantah. Mereka menyebut semua petani yang datang menjual selalu dilayani," terang Bang Dhin yang kaget atas pengakuan para petani tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, selain permasalahan pelayanan PT. Nusantara Batulicin, warga juga mengeluhkan susahnya pemasaran hasil panen, karena bantuan dari dinas terkait hanya berupa bibit dan perlengkapan pertanian lainnya, sementara pemasaran hasil panen masih susah. (M12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.