Berdasarkan pantauan BMKG hingga akhir Agustus 2021, perkembangan musim kemarau tahun 2021 menunjukkan bahwa 85,1% wilayah Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Namun demikian, masih ada hujan dan beberapa wilayah justru sudah mengawali musim hujan, diantaranya sebagian Sumatera bagian tengah, sebagian Jawa tengah, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua bagian timur.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan terjadinya hujan badai hingga berpotensi memicu bencana banjir pada sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor juga merilis prakiraan cuaca untuk Kalimantan Selatan yang sebagian terjadi hujan petir yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Tanah Bumbu dan Tanah Laut sejak beberapa hari terakhir terjadi banjir dan sampai sekarang belum surut. Ribuan rumah terendam dengan ketinggian banjir mencapai 1-1,5 meter. Seperti yang diketahui 2 (dua) Kabupaten ini merupakan daerah langganan banjir.
Wakil Ketua DPRD Kalsel Muhammad Syaripuddin mengatakan, kemampuan Pemerintah Daerah dalam melakukan penanganan bencana pada saat tanggap darurat juga merupakan kunci keberhasilan dalam penanggulangan bencana untuk diminimalkan jumlah korban, menyediakan kebutuhan dasar untuk jangka waktu sementara dan memastikan bahwa infrastruktur yang tersedia dapat dioperasikan dalam rangka mendukung kegiatan darurat
"Jangan mentang-mentang sudah biasa banjir akhirnya dianggap biasa-biasa saja, sikap seperti itu jangan dibiasakan, harusnya belajar dari pengalaman bagaimana early warning system dibangun, dan bagaimana penanganan darurat banjir jika terjadi," papar Bang Dhin, sapaan akrab politisi PDI Perjuangan ini.
Sistem peringatan dini (early warning system) adalah mempelajari kapabilitas (kemampuan) yang tersedia dan juga infrastruktur yang mampu disediakan untuk sistem dan kesenjangan apa yang perlu diisi dengan kapabilitas dan infrastruktur baru. Setiap sistem peringatan dini adalah bersifat unik untuk suatu derah tertentu dan perlu beradaptasi dengan kondisi lokal.
Sedangkan sistem penanganan darurat dimaksudkan untuk pengaturan serangkaian kegiatan meliputi penyelamatan dan evakuasi korban/harta, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengungsi dan pemulihan sarana dan prasarana yang harus dilakukan segera pada saat kejadian bencan banjir melanda.
"Koordinasi dan komunikasi adalah inti kekuatan, bentuk sebuah SOP, institusi mana saja yang terlibat baik sebelum, sedang atau sesudah banjir. Semuanya harus tersistem. Pasca banjir juga perlu diperhatikan, bagaimana dampak banjir itu harus ditanggulangi dengan baik. Hitung dengan benar kerugian yang dialami baik dari segi psikis maupun fisik kemudian lakukan tindakan-tindakan penanggulangan," jelas Bang Dhin.
Banjir membawa banyak kerugian untuk manusia seperti kehilangan harta benda, hingga yang paling parah adalah korban jiwa. Tak hanya manusia lingkungan juga terkena dampaknya seperti adanya kerusakan pohon, fisik jalan raya, bangunan, jembatan, sistem selokan hingga kanal.
Dampak lain adalah terjadinya masalah kesehatan yang terjadi akibat air kotor, seperti wabah penyakit dan menyerang masyarakat terutama lansia maupun anak-anak. Selain itu terjadi kesulitan untuk menyediakan persedian air bersih karena ketersediaan yang langka dan sudah terkontaminasi.Sementara untuk daerah pertanian sendiri juga membawa kerugian seperti gagal panen. Terjadinya kerusakan spesies yang mati.
"Sekali lagi, pemerintah daerah masing-masing harus cepat tanggap. Jangan sampai tanggap setelah diramaikan media. Kemudian main salah-salahan. Harusnya cari masalah dan atasi masalah," tutup Bang Dhin. (Rel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.