Mengutip Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, lima wilayah di Kalimantan Selatan termasuk dalam 76 kabupaten/kota berkategori merah diantara 246 kabupaten/kota di 12 provinsi prioritas di tanah air yang memiliki prevalensi stunting tinggi.
Tercatat Banjar, Tapin, Barito Kuala, Balangan dan Tanah Laut termasuk daerah yang berstatus merah. Sedangkan yang berstatus kuning Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Kota Banjarmasin, Kotabaru dan Hulu Sungai Utara.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Muhammad Syaripuddin, Wakil Ketua DPRD Kalsel memberikan tanggapan terkait hal ini. Pria yang akrab disapa Bang Dhin ini mengatakan jika saat golden period (usia emas) mulai dari ibu hamil sampai anak berusia 2 tahun tidak diberi gizi yang sehat maka akan berisiko menjadi stunting.
"Masalah stunting ini juga dipengaruhi kemampuan Kalsel untuk lebih meningkatkan komunikasi dan koordinasi. Upaya penurunan angka stunting harus dilakukan secara kerja bersama yang melibatkan semua elemen masyarakat, bahkan ibu-ibu PKK dan juga perlu pengaktifan kembali fungsi-fungsi Posyandu di desa-desa. Karena semua lapisan harus terjamah pengetahuan tentang stunting dan kasus stunting harus cepat ditemukan," tutur Bang Dhin
Dalam pencegahan stunting perlu dititikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi yang langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung mencakup masalah kurangnya asupan gizi dan penyakit infeksi. Sementara, penyebab tidak langsung mencakup ketahanan pangan (akses pangan bergizi), lingkungan sosial (pemberian makanan bayi dan anak, kebersihan, pendidikan, dan tempat kerja), lingkungan kesehatan (akses pelayanan preventif dan kuratif), dan lingkungan pemukiman (akses air bersih, air minum, dan sarana sanitasi).
"Kita dapat belajar dari Jepang yang giat meningkatkan gizi rakyatnya dengan konsumsi ikan. Kalsel memiliki sumber daya ikan dan sumber pangan yang kaya gizi luar biasa. Ini tentu perlu kerjasama Dinkes dengan Dinas Perikanan dan Kelautan. Dan ini hanya salah satu contoh. Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Perikanan dan Kelautan, dan Dinas Perindustrian setidaknya harus dalam 1 komando, 6 dinas setidaknya loh ya. Pertanyaannya apa bisa? Kebiasaan pengen masing-masing. Pengen menonjol diantara lain. Stunting bukan masalah kompetisi bagus-bagusan, tapi kolaborasi untuk mengatasinya," tutup Bang Dhin panjang lebar. (Rel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar tapi jangan bernuansa SARA.